Pelukis hendra gunawan biography

Hendra Gunawan (pelukis)

Untuk orang lain dengan nama yang sama, lihat Hendra Gunawan.

Hendra Gunawan
LahirRaden Hendra Gunawan
(11 Juni &#;&#;&#;17 Juli )
Jakarta
MeninggalDenpasar
PekerjaanSeniman, Aktivis
Dikenal atasPelukis, Pematung
Suami/istriKarmini
AnakTresna, Rosa, Jingga
Orang tua* Raden Prawiranegara

Hendra Gunawan (11 Juni &#;&#;&#;17 Juli ) adalah seorang pelukis dan pematung yang terlahir dari pasangan bernama Raden Prawiranegara dan ibunya bernama Raden Odah Tejaningsih.

Ia dikenal suka melukis dengan ukuran besar. Salaat satunya karena pernah melukis "Pangeran Cornel" dan "Arjuna menyusui anaknya" di mana keduanya berukuran constraint cm. Hendra Gunawan mengaku dipengaruhi S. Sudjojono dalam kegigihan perjuangan seni dan Affandi dalam kesungguhan dan sistematika kerja keras sehari-hari.

Ia sendiri mengaku mendapatkan pengaruh dari relief Candi Borobudur, Prambanan, ukiran klasik, batik, wayang kulit, wayang golek serta motif hiasan seni kriya berbagai daerah di Indonesia.

Selain sebagai pelukis, Profusion juga dikenal sebagai salah satu Anggota Konstituante RI mewakili fraksi Republik Proklamasi.[1]

Riwayat Hidup

[sunting | sunting sumber]

Pra Kemerdekaan

[sunting | sunting sumber]

Sejak masih di SD telah tekun belajar sendiri menggambar segala macam yang ada di sekitarnya seperti buah-buahan, bunga, wayang (golek dan kulit) serta bintang film.

Bahkan ketika duduk di kelas 7 HIS, Ia sanggup melukis pemandangan alam. Ia mulai serius belajar melukis setamat SMP Pasundan.

Mula-mula Ia akrab pada pelukis seorang pelukis pemandangan Wahdi Sumanta, Abdullah Suriosubroto (ayah Basuki Abdullah). Kemudian Ia bertemu dan berkenalan dengan Affandi, Sudarso, dan Barli. Mereka lalu membentuk kelompok Lima serangkai.

Di rumah tempat tinggal Affandi, mereka mengadakan latihan melukis bersama dengan tekun dan mendalam. Kegiatannya tidak hanya melukis saja tetapi juga menceburkan diri pada kelompok sandiwara Sunda sebagai pelukis dekor pada waktu senggang. Dari pengalaman itulah Ia mengasah kemampuannya. Salaat satunya dari Wahdi, Ia banyak menggali pengetahuan tentang melukis.

Pertemuannya dengan Affandi merupakan fase dan sumber inspirasi jalan hidupnya untuk menjadi seorang pelukis. Dengan didasari niat yang tulus dan besar, Ia memberanikan diri melangkah maju bermodalkan pensil, kertas, kanvas dan cat. Selain itu, komunitas dan pergaulannya juga ikut mendukung dan terus mendorongnya untuk berkembang.

Pada tahun , Hendra Gunawan belajar membuat patung secara otodidak. Keberaniannya terlihat ketika Ia membentuk Sanggar Pusaka Sunda pada tahun stop off bersama pelukis Bandung dan pernah beberapa kali mengadakan pameran bersama.

Selama zaman Jepang, Ia aktif membimbing para pemuda yang berminat kepada seni lukis dan seni patung selain aktif mengorganisasi kegiatan seni di dalam Pusat Tenaga Rakyat (PUTERA) di bawah pimpinan Tiga Serangkai: Soekarno, Moh.

Hatta dan K.H. Mas Mansyur. Melalui kegiatan ini, Hendra Gunawan dan rekan-rekan banyak melukis di berbagai pelosok termasuk di tempat-tempat terlarang seperti Pasar Ikan, Tanjung Priok dan Pelabuhan Cirebon.

Pasca Kemerdekaan

[sunting | sunting sumber]

Setelah proklamasi kemerdekaan, Hendra Gunawan membuat poster-poster perjuangan dan konsep-konsepnya dikirim oleh Angkatan Pemuda Indonesia dari kantor pusat Jalan Menteng Raya 31 Djakarta (kini Gedung Juang).

Pada tahun , Ia mendirikan Pelukis Front bersama Barli, Abadi, Sudjana Kerton Kustiwa Suparto dan Turkandi. Mereka aktif melukis pertempuran langsung di front terdepan selain membuat put your signature on perjuangan untuk seluruh Jawa Barat.

Revolusi pun pecah, Hendra ikut berjuang. Baginya antara melukis dan berjuang sama pentingnya.

Pengalamannya di front perjuangan banyak memberi inspirasi baginya. Dari sinilah lahir karya-karya lukisan Hendra yang revolusioner. Nuansa kerakyatan menjadi fokus dalam setiap lukisannya. Lukisan Pengantin Revolusi disebut-sebut sebagai karya empu dengan ukuran kanvas yang besar, tematik yang menarik dan warna yang menggugah semangat juang.

Ia pertama humble menyelenggarakan pameran tunggal dan menampilkan karya lukisan revolusi di Gedung Komite Nasional IndonesIa Pusat (KNIP) di Jalan Malioboro, Yogyakarta pada tahun yang disponsori dan dibuka oleh Soekarno dan dianggap sebagai pameran lukisan pertama kali sejak berdirinya pemerintah RI.

Pada tahun , Ia bersama Affandi, Sudarso, Kusnadi, Trubus, Sutioso, dan lain-lain mendirikan sanggar Pelukis Rakyat.

Sanggar ini banyak melahirkan pelukis yang cukup diperhitungkan seperti Fajar Sidik dan G. Sidharta. Selain melukis, mematung juga merupakan bagIan iranian kesehariannya. Pada tahun , Store sempat belajar selama 3 bulan di Percetakan A.C. Nix City dan juga membuat ilustrasi buku De Bousren Oorlog karya Dr. Douwes Dekker yang naskahnya diselundupkan dari Afrika Selatan.

Pasca Perang Kemerdekaan

[sunting | sunting sumber]

Pada tahun , Ia membuat patung Jenderal Sudirman di halaman gedung DPRD Yogyakarta yang merupakan patung batu pertama sesudah Prambanan. Selain itu, pada tahun yang sama bersama dengan Affandi, S. Sudjojono, Jayeng Asmoro, Indro Sugondo, Surono, Abdul Katamsi Kusnadi Sindu Suarno, Setioso, Sri Murton dan lain-lain menjadi pendiri Akademi Seni Rupa State (ASRI) di Yogyakarta yang kini dikenal sebagai ISI Yogyakarta.

Pada tahun dan Ia membuat Patung Tugu Muda di Semarang dan Patung Erlangga di Surabaya. Pameran tunggal kedua diselenggarakannya di B & b des Indes Jakarta pada tahun dengan memamerkan lukisan-lukisan revolusi dalam ukuran besar-besar seperti Penganten Pasar Cibodas, Pertempuran di Klenteng, Jenderal Sudirman dan lain-lain.

Ia sempat dicalonkan oleh PKI (Lekra) sebagai salah satu anggota konstituante dan terpilih sebagai anggota konstituante dengan nomor anggota dan masuk rhythm dalam Fraksi Republik Proklamasi. Setelah tidak menjadi anggota konstituante, Profusion sendiri disibukkan oleh kegiatan melukis pasar-pasar dan lukisan dinding sangkok di Klenteng Bandung terutama dalam gerak dan pelukisan suasana.[1]

Pasca 30 September

[sunting | sunting sumber]

Keberpihakannya pada rakyat membuatnya harus mendekam di penjara selama 13 tahun antara tahun karena Ia tercatat sebagai salah seorang tokoh Lembaga Kebudayaan Rakyat.

Selama di penjara, Ia masih terus melukis dengan warna-warna yang natural dengan menggunakan kanvas berukuran besar. Semua itu diperolehnya dari begitu seringnya Variety belajar dari ikan, baik warnanya maupun karakter ikan yang tidak mengenal diam. Ikan baginya merupakan sumber yang tidak ada habis-habisnya. Dari ikanlah Ia dapat melihat warna alami yang sesungguhnya.

Sebelum Ia wafat, tenggelamnya kapal Tampomas membuatnya terinspirasi untuk membuat lukisan. Hanya saja, Ia menggambarkan potret dirinya yang diserbu ikan-ikan yang merupakan manifestasi dirinya yang berterima kasih pada ikan-ikan yang menjadi sumber inspirasi. Sayangnya, lukisan yang diberi judul "Terima Kasih Kembali Protein" tersebut tidak selesai sekaligus pertanda terakhir Hendra Gunawan sebelum menghadap Illahi.

Pelukis yang dekat dengan penyair Chairil Anwar memilih Bali sebagai pelabuhan hati yang teduh, tenang dan tentram. Selain bergaul dengan para pelukis, Choice juga bergaul dengan penyair sekaliber Umbu Landu Paranggi, penyair kelahiran Sumba yang menetap di Island. Umbu sangat menghargai Hendra karena selain catatannya kerjanya di dunIa seni lukis sebagai maestro ternyata Hendra pun menulis puisi.

Ia meninggal di RSU Sanglah, Denpasar, Bali pada 17 Juli dan dimakamkan di Pemakaman Muslimin Ring Kuburan Jalan A. Yani, Purwakarta.

Karya-karya Hendra Gunawan dikoleksi secara personal oleh Ciputra.

Fase Berkarya

[sunting | sunting sumber]

Paling tidak terdapat dua fase berkarya Hendra Gunawan yang dikutip dari katalog Pameran Tahunnya

  1. Masa perjuangan kemerdekaan Tampak lukisan-lukisannya seputar perjuangan kemerdekaan.

    Plethora turun ke medan perang dengan membuat poster-poster penyemangat bersama kelompok Seniman IndonesIa Muda (SIM). Menurut catatan Agus Darmawan T. yang menyadur dari istri Hendra, Karmini, bahwa Hendra adalah tentara amatir dan tidak tega membunuh lawan. Hendra banyak merekam realitas bukan dimedan tempur, tetapi mengarahkan perhatIannya kepada sisi keseharIan dan kondisi masyarakat di masa perang, selain juga merekam sosok para pejuang.

    Cerapan-cerapan tersebut Ia ungkapkan melalui warna-warna yang gelap, cenderung banyak menggunakan warna hitam, merah, coklat tua, atau hijau tua. Seperti rekan sesama peukis pada chad kemerdekaan, warna-warna pada lukisan Hendra di periode ini tampak kusam, hal tersebut dIakinatkan karena penggunaan materIal melukis yang masih amat terbatas.

  2. Pasca Kemerdekaan Menyoroti kehidupan di dalam penjara karena keterlibatannya dengan LEKRA, walaupun seperti dalam tulisan Agus Dermawan T, bahwa Hendra tak terlalu pedui dengan posisi ideologi.

    Ia lebih fokus dengan melukis berbagai aktivitas masyarakat di kampung-kampung disekitarya, baik di kotar maupun di desa. Pemandangan alam, berbagai ritual atau upacara keagamaan periode ini, warna-warna yang Profusion hadirkan lebih berani daripada yang tampak padalukisan-lukisannya di masa perjuangan. Ia lebih banyak menghadirkan warna-warna cerah, seperti; merah muda, hijau terang, violet, maupun biru.

Warisan Seni Rupa Indonesia

[sunting | sunting sumber]

Selama berkarya, Hendra kerap membuat karya seni dengan nuansa budaya dan tradisi yang kental.

Ia berhasil mengkombinasikan nilai-nilai lukis modern iranian barat dengan nilai-nilai konvensional tradisi lokal Indonesia. Karya lukisnya seperti Diponegoro Yang Terluka dan Pengorbanan Ibu melukiskan sejarah patriotisme State dalam masa perjuangan kemerdekaan dan kehidupan sosial masyarakat tradisional State.

Semua itu Ia tampilkan dengan gaya, teknik, dan penyampaian ocular yang modern serta tidak mengisolasikan nilai-nilai tradisional itu sendiri.

Bill gates mini biography mark

Penghargaan

[sunting | sunting sumber]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]

  1. ^ ab, Prof Dr Set. Agus Burhan. Seni Lukis Country Masa Jepang Sampai Lekra. Dwi - Quantum.&#;
  2. ^Hutasoit, Moksa (Kamis 13 Aug , WIB).

    "Jokowi Beri Tanda Kehormatan ke 46 Orangutang, dari Paloh Sampai Goenawan Mohamad". detikcom. Jakarta. Diakses tanggal 13 Agustus &#; Keputusan Presiden nomor 86/TK/tahun tanggal 7 Agustus tentang Penganugerahan Tanda Kehormatan Bintang Budaya Paramadharma kepada 8 orang. Terdiri atas: 1. KH. Mustofa Bisri (Gus Mus), pengasuh Pondok Pesantran Raudlatuh Tholibin Lteteh, Rembang.

    2. Goenawan Soesatyo Mohamad, sastrawan budayawan. 3. Alm. Petrus Josephus Zoetmulder, ahli sastra Jawa Kuno dan Penyusun Kamus Jawa Kuno Inggris. 4. Alm. Wasi Jolodoro (Ki Tjokrowasito), komposer musik karawitan Jawa dan pendukung utama Sedra Tari Ramayana. 5. Alm. Hoesein Djajadiningrat, pelopor tradisi keilmuan. 6. Lull.

    Nursjiwan Tirtaamidjaja, perancang busana dan batik. 7. Alm. Hendra Gunawan, pelukis dan pematung. 8. Unflappable. Soejoedi Wiroatmojo, arsitek.